November 21, 2024

seorang Dokter di India tewas setelah diperkosa secara bergilir. Bahkan ditemukan adanya 150ml sperma di tubuhnya

Tragedi di Kolkata: Kematian Dr. Moumita Debnath Memicu Gelombang Protes

Pada tanggal 9 Agustus 2024, rekan Dr. Moumita Debnath melaporkan dia hilang. Dr. Moumita, seorang dokter berdedikasi, terakhir terlihat menuju ruang seminar untuk beristirahat setelah 36 jam bekerja.

Sayangnya, jenazahnya ditemukan dalam kondisi memilukan, menunjukkan tanda-tanda serangan brutal. Otopsi memastikan bahwa dia telah diperkosa dan dicekik sampai mati.

Cedera yang diderita

• Tulang hyoid (tulang leher) patah
• Cedera pada bibir
• Patah tulang panggul (salah satu tulang terkuat!)
• Pendarahan dari mulut
• Kedua mata rusak
• Pendarahan dari mata
• Cedera perut
• Cedera kaki kiri
• Jari manis kanan patah
• Bagian pribadinya rusak parah
• Ratusan gigitan manusia
• 150ml air mani terdapat di dalam tubuhnya (sementara pria hanya dapat menghasilkan sekitar
10ml)

Kakinya ditemukan pada sudut 90°. Tulang panggul, yang merupakan sendi terkuat di tubuh manusia, memerlukan gaya antara 2.000 hingga 10.000 newton untuk mematahkan kapsul panggul orang dewasa.
.

Bayangkan seseorang menyentuh tubuh Anda tanpa izin setelah Anda menyelesaikan shift 36 jam yang melelahkan.

Bayangkan seseorang merobek pakaian Anda dari tubuh Anda ketika tubuh Anda lelah, otak Anda lelah.

Bayangkan ketakutan yang menyayat hati yang dialami Dr. Moumita ketika kekuatannya dikalahkan oleh penyerangnya.
.
Insiden ini mengejutkan komunitas medis di Kolkata dan seluruh India. Protes segera meletus di berbagai kota, termasuk Kolkata, dimana para dokter, mahasiswa kedokteran, dan petugas kesehatan bangkit untuk menuntut keadilan dan perlindungan yang lebih baik di tempat kerja.

Protes ini juga menarik perhatian global, dengan dukungan luas dari asosiasi medis dan organisasi hak asasi manusia di seluruh dunia. Kejadian ini bukan hanya tentang keadilan bagi Dr. Moumita, namun juga menyerukan tindakan yang lebih besar untuk melindungi semua petugas kesehatan.

Kami mendukung komunitas medis yang memperjuangkan keadilan dan keamanan. Tragedi ini seharusnya menjadi titik balik keselamatan tenaga kesehatan di tempat kerja

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *