Bencana kecil terjadi di Lisbon. Juara bertahan Serie A, Napoli, harus mengakui keunggulan tuan rumah Benfica setelah menyerah dua gol tanpa balas dalam lanjutan matchday keenam Liga Champions. Pertandingan yang digelar di Estadio da Luz pada Kamis dini hari (11/12/2025) menjadi titik terendah lain bagi Partenopei di kompetisi Eropa musim ini, sekaligus menjadi panggung selebrasi bagi sang pelatih legendaris Benfica, Jose Mourinho.

Kekalahan ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai konsistensi Napoli di bawah pelatih baru mereka. Meski menyandang status sebagai Raja Italia, performa mereka di kancah Benua Biru sangat mengecewakan, jauh dari harapan para penggemar yang mendambakan kebangkitan Eropa setelah era emas Diego Maradona.

Kejutan dari Richard Rios

Sejak awal, pertandingan berjalan cukup berimbang, namun Benfica menunjukkan intensitas serangan yang lebih tajam dan terencana. Napoli, yang bermain hati-hati, terlihat kesulitan membangun ritme permainan menyerang yang menjadi ciri khas mereka.

Keunggulan Benfica lahir pada menit ke-20 melalui gelandang Kolombia yang sedang naik daun, Richard Rios. Gol ini berawal dari situasi set-piece yang dieksekusi dengan baik. Umpan sundulan kepala dari Franjo Ivanovic di depan gawang Napoli langsung disambar oleh Rios. Meskipun kiper Napoli (Alex Meret atau kiper yang bertugas malam itu) sudah berusaha maksimal, bola bersarang ke gawang. Benfica unggul 1-0.

Tertinggal satu gol, Napoli berusaha keras untuk menyamakan kedudukan sebelum jeda. Partenopei meningkatkan penguasaan bola, tetapi upaya mereka, terutama melalui winger seperti Khvicha Kvaratskhelia dan Victor Osimhen, selalu kandas di pertahanan solid Aguias (Si Elang). Skor 1-0 bertahan hingga babak pertama berakhir, meninggalkan PR besar bagi sang pelatih Napoli di ruang ganti.

Pukulan Ganda dan Catatan Kelam

Alih-alih bangkit dan mencetak gol penyeimbang di awal babak kedua, Napoli justru kembali dikejutkan. Pada menit ke-49, Benfica menggandakan keunggulan, memanfaatkan shock yang masih menyelimuti kubu tamu.

Gol kedua ini lahir dari skema serangan balik cepat yang dieksekusi dengan presisi tinggi. Rios, yang sudah mencetak gol pembuka, kali ini berperan sebagai kreator. Umpan menyusur tanahnya dari sisi kanan serangan berhasil disambut oleh Leandro Barreiro. Dengan ketenangan seorang finisher ulung, Barreiro menendang bola melewati pertahanan Napoli, mengubah kedudukan menjadi 2-0 untuk Benfica.

Gol ini terasa seperti palu godam yang memukul harapan Napoli. Meskipun mereka terus mencoba mengejar ketertinggalan di sisa waktu pertandingan—melakukan pergantian pemain ofensif dan menekan tinggi—kebuntuan serangan Napoli malam itu terlalu nyata. Lini depan yang biasanya ganas di Serie A, terasa tumpul di hadapan disiplin taktis Jose Mourinho. Skor 2-0 bertahan hingga peluit panjang berbunyi.

🎂 Momen Ikonik Jose Mourinho

Kemenangan ini memiliki makna yang sangat spesial bagi pelatih Benfica, Jose Mourinho. Duel melawan Napoli ini menandai pertandingan ke-150 yang ia jalani di kancah Liga Champions. Mourinho, yang dikenal sebagai The Special One, merayakan pencapaian bersejarahnya ini dengan kemenangan yang sangat berharga.

Memimpin tim Portugal meraih poin penuh melawan juara Italia di malam tonggak sejarahnya menjadi bukti bahwa sentuhan magis dan kejeniusan taktis Mourinho masih sangat relevan di panggung tertinggi Eropa. Kemenangan ini juga menegaskan reputasinya sebagai salah satu manajer paling sukses dan ikonik yang pernah ada dalam sejarah Liga Champions.

📉 Alarm Bahaya di Klasemen

Dampak kekalahan ini bagi Napoli cukup mengkhawatirkan. Ini adalah kekalahan ketiga mereka di Liga Champions 2025/2026.

Berdasarkan klasemen sementara, situasi Napoli terasa ironis. Mereka terperosok ke posisi ke-23 klasemen umum Liga Champions (format baru yang menghitung semua tim dalam satu tabel besar) dengan koleksi 7 poin. Sementara itu, Benfica, yang meraih kemenangan ini, berada tepat di bawah mereka, di urutan ke-25 dengan 6 poin.

Meskipun secara matematis Napoli mungkin masih memiliki peluang untuk lolos ke babak knockout (tergantung hasil grup lain dan kriteria ranking tim terbaik), posisi ke-23 ini jauh dari harapan klub sekelas juara Italia. Hal ini menimbulkan tekanan besar pada internal tim. Apakah performa buruk di Eropa akan merembet ke performa domestik? Para tifosi Napoli tentu berharap tidak, tetapi penampilan yang lesu di Lisbon ini adalah sinyal alarm yang sangat keras. Napoli harus segera menemukan kembali fokus dan determinasi mereka jika ingin menghindari kegagalan total di musim yang seharusnya menjadi penegasan dominasi mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *