
Pemerintah Venezuela dipimpin Presiden Nicolás Maduro dan Menhan Vladimir Padrino López — mengumumkan pengerahan militer skala besar di seluruh negeri pada Selasa, 11 November 2025. Langkah ini diambil sebagai respons langsung terhadap kehadiran armada laut dan udara Amerika Serikat di kawasan Karibia dan lepas pantai Venezuela.
Apa yang diumumkan Caracas
Pernyataan resmi melalui media pemerintah menyebut bahwa pengerahan ini melibatkan “pasukan dari semua matra” — termasuk angkatan darat, laut, udara, pasukan sungai (riverine forces), satuan rudal, serta milisi sipil, yang diintegrasikan melalui rencana nasional.
Padrino López menyebut bahwa pengerahan tersebut merupakan bagian dari “Independence Plan 200”, suatu mekanisme pertahanan yang diluncurkan sebelumnya untuk menghadapi apa yang disebut oleh pemerintah sebagai “ancaman imperialis” dari AS.
Dalam siaran televisi pemerintah, para pimpinan militer di berbagai negara bagian Venezuela tampil memberikan pidato — menegaskan “kesiapan total” angkatan bersenjata dan rakyat Venezuela untuk mempertahankan kedaulatan dan integritas teritorial.
Latar Belakang: Mengapa Venezuela Merespons Sekarang?
Sejak awal September 2025, AS telah melakukan penyerangan terhadap kapal-kapal yang dituduh terlibat penyelundupan narkoba di perairan Karibia dan Pasifik timur.
Khususnya, kelompok militer AS telah memperkuat kehadiran di kawasan tersebut. USS Gerald R Ford (kapal induk nuklir AS) dikonfirmasi telah tiba di wilayah tanggung jawab Komando Selatan AS, membawa ribuan personel serta pesawat tempur.
Pemerintah Venezuela menganggap bahwa kehadiran besar semacam ini bukan hanya soal memerangi narkoba, tapi juga sebagai ancaman terhadap rezim Maduro. “Masa jabatan Maduro menghitung hari,” kata Presiden AS Donald Trump sebelumnya, memicu kekhawatiran di Caracas.
Realitas Persenjataan & Strategi Venezuela
Meski melakukan pengumuman mobilisasi besar-besaran, sumber intelijen dan analisis mencatat bahwa kondisi militer Venezuela menghadapi banyak kelemahan: persenjataan menua, pelatihan terbatas, serta logistik yang kacau.
Menurut laporan, salah satu taktik yang sedang disusun Caracas ialah “resistensi gerilya” — di mana unit kecil tersebar di ratusan titik, siap melakukan sabotase atau perlawanan asimetris jika wilayah mereka diserang.
AS: Latihan Anti-Narkoba atau Tekanan Politik?
Menurut analisis, AS menggelar kehadiran militernya di Karibia dalam konteks kampanye anti-narkoba dan keamanan nasional. Namun banyak pengamat yang menilai bahwa sebenarnya ini juga menjadi instrumen tekanan terhadap rezim Maduro.
Keberadaan kapal induk, jet siluman F-35 dan unit khusus membuat kehadiran tersebut jauh di luar operasi konvensional intersepsi narkoba. Pangkalan operasi dan pengerahan kapal serta personel melebihi yang biasanya diperlukan untuk misi drug-interdiction biasa.
Risiko dan Dampak di Kawasan
Ketegangan ini memiliki berbagai potensi dampak:
- Risiko bentrokan militer tak terduga antara kapal/jet AS dan kekuatan Venezuela atau sekutunya.
- Ketidakstabilan di kawasan Karibia, khususnya terkait perdagangan, pelayaran serta jalur energi.
- Dampak diplomatik dan ekonomi bagi Venezuela yang sudah menghadapi sanksi, krisis ekonomi dan isolasi internasional.
- Potensi gesekan antara AS dan negara-negara tetangga yang mungkin melihat kehadiran militer AS sebagai ancaman bagi kedaulatan regional.
Apakah Invasi Darat ke Venezuela Realistis?
Meski Presiden AS sempat bersuara bahwa “daratan akan menjadi berikutnya”, sampai saat ini belum ada tanda publik yang menunjukkan invasi darat AS ke Venezuela akan segera dilakukan.
Sebagian besar analis menilai bahwa AS — dengan keunggulan militer jauh lebih besar — akan memilih opsi jarak jauh (serangan udara, operasi khusus) daripada invasi skala besar yang akan memunculkan biaya politik dan korban sangat besar.
Kesimpulan
Pengerahan militer besar-besaran yang diumumkan Venezuela pada 11 November 2025 mencerminkan betapa dalam dan cepatnya eskalasi situasi antara Caracas dan Washington. Dari satu sisi, Venezuela memposisikan diri sebagai pihak yang siap mempertahankan tanah airnya dari apa yang disebut sebagai ancaman imperialistis. Dari sisi lain, kehadiran besar AS di wilayah terdekat Venezuela memperlihatkan bahwa segi geopolitik dan tekanan terhadap rezim Maduro telah memasuki tahapan lebih keras.
Bagi pengamat internasional maupun negara tetangga, ini menjadi situasi yang patut diwaspadai karena dapat memicu implikasi jauh lebih luas — mulai dari militer, ekonomi, hingga kemanusiaan. Waktu akan menunjukkan apakah langkah ini akan berhenti di level risiko dan retorika, atau berkembang menjadi konfrontasi nyata.
