September 18, 2025

Di klub-malam Nigeria sekarang, kamar mandi bukan hanya tempat sekadar membersihkan diri—melainkan arena selfie yang disulap sedemikian rupa untuk tampil maksimal di Instagram. Dari Lagos ke Abuja dan Kano, tren selfie di toilet telah menjadi bagian penting dari budaya malam, dan klub-klub berlomba mendesain ruang itu menjadi sangat fotogenik.

Fitur yang awalnya hanya fungsi utilitas saja kini disulap menjadi panggung show: cermin besar, lampu dramatis, dinding marmer atau beton ekposed, aksen emas, serta pencahayaan yang sengaja dibuat kontras agar efek “filter alami” muncul tanpa edit terlalu banyak.

Salah satu klub malam populer di Lagos, The Library, memasang papan bingkai emas bertuliskan:

“No selfies in the restroom… just kidding.”
Tulisan ini bukan cuma jokes — tapi undangan terang-terangan untuk pengunjung supaya mengambil momen di dalam toilet.

Di klub lain seperti Zaza, fitur unik ditambahkan, misalnya tombol di dinding toilet yang jika ditekan, akan memanggil segelas sampanye gratis lewat jendela kecil. Hadirnya elemen kejutan seperti ini bukan cuma membuat pengunjung senang, tetapi juga meningkatkan keinginan untuk selfie dan membagikannya ke media sosial

Tren ini sudah tak terbatas pada Lagos, yang terkenal sebagai pusat kehidupan malam Nigeria. Bahkan di ibukota administratif Abuja, di mana suasana umumnya lebih formal, klub-klub juga mulai mengikuti gaya ini.

Di Kano, proporsi konservatifisme keagamaan dan budaya mungkin lebih kuat, namun estetika kamar mandi untuk selfie tetap mulai terlihat—klub-klub dan lounge di sana juga ikut mendesain ulang toilet mereka agar menarik perhatian. Hal ini membuktikan bahwa tren ini bukan hanya tinggal di kota dengan kehidupan malam paling liar, melainkan menyebar ke seluruh negeri.

Bagi pemilik klub malam, selfie di kamar mandi adalah iklan gratis. Pengunjung, terutama influencer atau mereka yang punya banyak pengikut di media sosial, sering kali mengunggah foto restroom-klub tersebut. Postingan ini seringkali mendapatkan like dan share banyak, dan… voilà: tempat itu ikut viral.

Seperti yang dikisahkan di berita AFP: “staff di klub melihat bahwa unggahan di media sosial tentang kamar mandi mereka sering menjaring reservasi tambahan.” Artinya, desain kamar mandi bukan hanya soal estetika tapi juga strategi pemasaran.

Bagi banyak pengunjung, kamar mandi klub malam sudah menjadi “tempat aman” untuk foto: ada privasi relatif, suasana intim, pencahayaan yang lebih mudah dikontrol, dan dekor yang sengaja dirancang untuk menarik kamera. Di zaman di mana “how you look” di medsos sering mempengaruhi bagaimana orang menilai pengalaman, kamar mandi jadi bagian dari pengalaman klub malam itu sendiri.

Desain marmer atau kaca, lampu yang dramatis, aksen emas, aksesoris menarik seperti bingkai, tulisan-unik di dinding, bahkan tombol champagne—semua dipakai agar pengalaman estetis pengunjung lebih kaya. Pencahayaan yang baik juga membantu supaya foto tampak lebih baik tanpa harus banyak diedit.

Kontroversi & Batasannya

Walau banyak yang menikmati, fenomena ini juga memicu diskusi:

  • Tentang privasi: apakah semua pengunjung nyaman dengan ide ruang pribadi sekaligus ruang publik tempat “dipertunjukkan” di medsos?
  • Tentang budaya: di beberapa komunitas masih ada yang melihat foto di kamar mandi (belum lagi klub malam) sebagai hal yang kurang pantas.
  • Tentang keamanan atau kebersihan: semakin banyak lalu lintas dan penggunaan ruang, kebutuhan menjaga kebersihan dan keamanan juga bertambah. Klub-klub harus memastikan area tersebut tidak hanya estetik tapi juga higienis dan aman.

Di Nigeria, kamar mandi klub malam telah berubah menjadi elemen penting dari “pengalaman malam” itu sendiri. Tonggak budaya visual di mana selfie tidak lagi dianggap sampingan, tapi bagian dari identitas tempat. Klub-klub yang hanya fokus pada musik, minuman, dan penampilan panggung kini harus berpikir juga tentang bagaimana kamar mandi mereka bisa menjadi bagian dari cerita yang diunggah ke media sosial.