September 17, 2025

Erick Thohir secara resmi dilantik menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) dalam Kabinet Hurip Jilid II pada Rabu, 17 September 2025, di Istana Kepresidenan Jakarta. Tidak lama setelah pengangkatannya, Presiden Prabowo Subianto memberi mandat yang jelas: agar Erick melakukan penataan ulang terhadap cabang-cabang olahraga yang akan menjadi fokus prioritas, terutama untuk ajang-ajang besar seperti Olimpiade dan SEA Games.

Erick menegaskan bahwa meski belum menentukan cabang olahraga mana yang akan diprioritaskan, Presiden ingin agar roadmap pengembangan olahraga nasional dibuat secara komprehensif — dari tingkat lokal hingga internasional — dengan target jangka panjang yang jelas akan disusun bersama.

“Bapak Presiden meminta kita olahraga harus fokus nanti… olahraga mana yang akan kita fokus ke Olimpiade, lalu posisi PON gimana, posisi SEA Games gimana. Nah, ini semua harus ditata ulang.” — Erick Thohir.

Salah satu langkah yang segera dijalankan oleh Erick Thohir adalah pembuatan roadmap olahraga nasional hingga tahun 2045. Erick mengatakan bahwa ia akan mengundang para mantan Menpora untuk bersama-sama berdiskusi — menggali pengalaman mereka — agar roadmap tersebut tidak dibuat secara parsial atau sektoral semata, melainkan menyeluruh dan mampu menjawab tantangan olahraga di masa depan.

Erick berharap bahwa bukan hanya olahraga populer seperti bulu tangkis, sepak bola, atau angkat besi, tetapi semua cabang olahraga yang selama ini memiliki potensi internasional dapat diberi perhatian proporsional. Pelibatan pemerintah daerah dan organisasi olahraga induk seperti KONI akan menjadi bagian penting dalam eksekusi.

“Jangan masing-masing Menpora punya roadmap sendiri-sendiri. Justru kita sama-sama bersepakat, roadmap ke depan sampai 2045 seperti apa.”

Target Prestasi

Dalam sejumlah kesempatan, Erick Thohir menegaskan bahwa SEA Games 2025 — yang akan berlangsung di Thailand — bukan sekadar ajang regional biasa. Pemerintah ingin Indonesia tampil maksimal, bahkan membidik status juara umum. Untuk itu, semua pembinaan atlet di cabang olahraga unggulan akan dipercepat, meliputi pendanaan, fasilitas pelatihan, pemilihan pelatih, dan kalender kompetisi.

Penentuan Cabang Unggulan

Meski belum ada daftar resmi cabang olahraga yang diprioritaskan, beberapa indikator sudah mulai terlihat:

  • Cabang yang selama ini meraih prestasi internasional seperti bulu tangkis, angkat besi, atletik, renang, catur disebut dalam konteks diskusi publik sebagai opsi yang layak mendapat dukungan lebih. Antara News menyebut bahwa Erick ingin memberi “prioritas khusus kepada cabang olahraga yang berpotensi meraih medali emas di Olimpiade.” Antara News+1
  • Olahraga yang selama ini kurang terekspos, termasuk olahraga rekreasi dan e-sport, juga disebut-sebut punya ruang berkembang. Erick mengisyaratkan bahwa bukan hanya cabang-cabang tradisional saja yang akan dipacu.

Salah satu tantangan yang disebut Erick adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara olahraga massal (yang menjangkau masyarakat umum) dan olahraga prestasi (yang menyasar medali dan prestise internasional). Erick menyebut bahwa olahraga harus “dimasyarakatkan” — bukan sekadar dipusatkan di kota-kota besar atau hanya pada atlet elit.

Beberapa poin yang dierikan penekanan:

  • Peningkatan jumlah kompetisi di tingkat kecamatan, kabupaten, dan provinsi agar lebih banyak talenta terdeteksi sejak dini.
  • Fasilitas olahraga publik dan ruang olah raga yang mudah diakses masyarakat.
  • Dukungan bagi cabang olahraga non-populer agar tidak terpinggirkan dalam kebijakan, tapi tetap mendapatkan dukungan sesuai potensi dan prestasi yang sudah atau bisa dicapai.

Erick menyebut bahwa dalam waktu dekat akan mengadakan rapat pimpinan (rapim) untuk menetapkan target jangka pendek dan panjang. Selain itu, undangan kepada eks Menpora juga akan segera dilakukan untuk mengkonsolidasikan pengalaman dan gagasan dalam roadmap.

Beberapa langkah konkret yang sudah mulai direncanakan atau dalam pembicaraan:

  1. Pemetaan cabang olahraga berdasarkan prestasi terbaru, potensi internasional, biaya, dan ketersediaan sumber daya (fasilitas, pelatih, atlet).
  2. Percepatan dana pelatnas (pemusatan latihan nasional) agar atlet bisa latihan lebih intensif lebih awal menjelang SEA Games dan target Olimpiade.
  3. Penekanan pada sport science dan psikologi olahraga, sebagai bagian pendukung agar atlet tidak hanya siap secara fisik, tetapi mental dan teknis.
  4. Konsolidasi kebijakan antara pusat dan daerah agar tidak ada pemborosan atau duplikasi program, dan anggaran olahraga bisa digunakan lebih efektif.

Tantangan Besar & Harapan Publik

Tentu saja, penataan ulang olahraga nasional bukan hal kecil. Beberapa tantangan yang harus dihadapi Menpora Erick Thohir:

  • Keterbatasan anggaran: Memprioritaskan cabang olahraga berarti ada yang mungkin mengalami pengurangan dukungan, dan keputusan ini bisa menimbulkan pro dan kontra.
  • Resistensi institusi: Beberapa organisasi cabang olahraga mungkin terbiasa bekerja sendiri atau punya kebijakan lama yang sulit diubah cepat.
  • Distribusi fasilitas dan pelatih: Banyak daerah yang masih kekurangan fasilitas memadai dan pelatih berkualitas, terutama non-urbam, yang membuat deteksi dan pembinaan bakat sulit berjalan merata.
  • Timeline yang ketat: Dengan SEA Games 2025 dan Olimpiade mendatang (Paris 2024 lalu, Los Angeles 2028), setiap keputusan dan persiapan harus segera berjalan agar tidak terlambat.

Namun, publik punya harapan besar terhadap Erick. Banyak pihak berharap bahwa dengan kepemimpinannya yang sudah dikenal tidak hanya dalam olahraga tetapi juga birokrasi dan bisnis, roadmap ini bisa menjadi titik balik bagi prestasi olahraga Indonesia.

Presiden Prabowo Subianto memberi mandat agar cabang olahraga yang menjadi fokus prestasi internasional disusun ulang secara sistematis.

Erick Thohir akan membuat roadmap olahraga nasional hingga 2045 — tidak hanya untuk SEA Games dan PON, tetapi juga Olimpiade sebagai acuan utama.

Penetapan cabang olahraga prioritas masih dalam tahap pemetaan, dengan beberapa cabang tradisional dan non-konvensional mulai diperhitungkan.

Dual mandat “olahraga rakyat” dan “olahraga prestasi” menjadi keseimbangan yang harus dijaga agar olahraga semakin inklusif namun juga berdaya saing internasional.