
Nilai tukar rupiah dibuka menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan Jumat (12/9/2025). Berdasarkan data pasar spot, rupiah terapresiasi 34 poin atau 0,20% menjadi Rp16.428 per dolar AS, dari sebelumnya Rp16.462 per dolar AS.
Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, menilai rupiah masih berpotensi bergerak fluktuatif namun cenderung stabil di tengah kehati-hatian investor global. Pasar saat ini menanti hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan berlangsung pada 17 September 2025.
“Rupiah diproyeksikan berada pada kisaran Rp16.420–Rp16.500 per dolar AS. Stabilitas rupiah sangat dipengaruhi ekspektasi kebijakan The Fed,” ujar Josua.
Inflasi AS dan Ekspektasi Suku Bunga The Fed

Dari sisi eksternal, laporan inflasi terbaru Amerika Serikat cukup memengaruhi pergerakan rupiah. Consumer Price Index (CPI) AS pada Agustus naik 0,4% bulanan, lebih tinggi dari perkiraan 0,3%. Secara tahunan, CPI tercatat 2,9%, naik dari 2,7% pada bulan sebelumnya.
Meski inflasi meningkat, pasar tetap optimis The Fed akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Probabilitas penurunan suku bunga 25 basis poin (bps) mencapai lebih dari 90%, sementara peluang pemangkasan 50 bps hanya sekitar 9%. Secara keseluruhan, investor memperkirakan total pelonggaran hingga 75 bps sampai akhir tahun 2025.
BI Rate Turun ke 5%, Ruang Pelonggaran Kredit Terbuka
Dari dalam negeri, sentimen positif datang setelah Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan (BI-Rate) sebesar 25 bps menjadi 5% pada Agustus 2025. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai langkah ini membuka ruang bagi penurunan suku bunga kredit perbankan.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menyampaikan bahwa suku bunga kredit investasi dan modal kerja sudah mulai turun, masing-masing 36 bps dan 20 bps secara tahunan.
Menurutnya, tren ini akan berlanjut seiring strategi perbankan dalam menurunkan biaya dana (Cost of Fund/CoF) dan memperbesar porsi dana murah. “Penyesuaian bunga kredit harus tetap sehat, tidak menciptakan persaingan yang tidak wajar, dan menjaga perlindungan konsumen,” tegas Dian.
Harga Emas Bergerak Campuran

Selain pergerakan rupiah, harga emas juga menjadi perhatian. Di pasar global, emas pada Kamis (11/9/2025) ditutup di level US$3.633,74 per troy ons, turun 0,18%. Pelemahan berlanjut pada Jumat pagi pukul 06.22 WIB, dengan harga emas melemah tipis 0,01% ke US$3.633,22 per troy ons.
Penurunan harga global tersebut turut menekan emas Antam di dalam negeri. Harga emas Antam satuan 1 gram dibanderol Rp2.088.000, turun Rp7.000 dibandingkan hari sebelumnya. Harga buyback juga terkoreksi ke level Rp1.935.000 per gram.
Namun, produk emas dari produsen lain justru bergerak berbeda. Berdasarkan data Pegadaian, harga emas Galeri24 naik menjadi Rp2.085.000 per gram, sementara emas UBS melemah tipis ke Rp2.100.000 per gram.
Prospek Investasi ke Depan

Dengan kondisi global yang penuh ketidakpastian, rupiah berpotensi tetap stabil selama arus modal asing terjaga dan kebijakan domestik konsisten mendukung pasar. Di sisi lain, emas masih menjadi instrumen lindung nilai penting bagi investor, meski harganya berfluktuasi dalam jangka pendek.
Penguatan rupiah, turunnya BI Rate, dan variasi harga emas menunjukkan dinamika pasar keuangan yang saling terkait. Investor disarankan tetap diversifikasi portofolio agar mampu menghadapi volatilitas, baik dari faktor eksternal seperti kebijakan The Fed maupun internal seperti strategi stimulus fiskal dan moneter pemerintah.