
Pada Selasa (9/9/2025), Nepal dilanda protes masif Gen-Z, dipicu larangan sosial media dan kemarahan terhadap korupsi sistemik. Aksi bermula sebagai demonstrasi damai, namun cepat meluas menjadi bentrokan berdarah; polisi menembakkan gas air mata, peluru karet, bahkan tembakan tajam, mengakibatkan 19 orang tewas dan ratusan luka-luka
Tidak lama setelah itu, Perdana Menteri KP Sharma Oli mengundurkan diri, namun negara tetap dilanda kekacauan. Kerusuhan semakin menguat: gedung-gedung pemerintahan dibakar, serta tindakan anarkis lainnya terjadi tanpa henti
Dalam situasi huru-hara, sejumlah toko, bank, dan hotel menjadi korban penjarahan. Salah satu contohnya adalah cabang Bank Rastriya Banijya di New Baneshwor—semula korban protes, namun kemudian diincar oleh kelompok kriminal yang memanfaatkan kerusuhan sebagai kedok
Selain itu, Supermarket Bhatbhateni di Bhaktapur diserbu dan dirampok; barang-barang elektronik, makanan, hingga minuman diangkut oleh massa tanpa hambatan saat kamera media sosial merekam aksi tersebut. Hotel Hyatt dan kawasan Bouddha turut menjadi sasaran semakin memperjelas bahwa kerusuhan telah dibajak oleh kelompok yang bukan bagian dari gerakan protes asli.
Militer Nepal segera mengambil alih situasi. Tentara diturunkan, memberlakukan patroli malam dan siang di kawasan rawan, serta menahan 26 orang tersangka yang diduga terlibat dalam penjarahan dan vandalisme—kelima di antaranya terkait kasus perampokan di Bank Rastriya Banijya.
Tentara memperingatkan bahwa tindakan penjarahan, vandalisme, dan perusakan properti dalam konteks protes akan diproses sebagai kejahatan pidana, menegaskan bahwa mereka tak akan mentoleransi kekacauan tersebut. Beberapa kota besar, termasuk Kathmandu dan Bhaktapur, saat ini dalam status jam malam (curfew)—langkah yang diberlakukan untuk menghentikan eskalasi kerusuhan
Gerakan Gen-Z lahir dari frustrasi mendalam atas korupsi, nepotisme, dan kesempatan ekonomi yang minim. Banyak pemuda yang merasa tersisih oleh sistem politik lama, tanpa harapan nyata untuk perubahan. Salah satu wajah yang muncul sebagai figur alternatif adalah Balendra Shah (35), mantan rapper yang kini menjadi walikota Kathmandu, banyak didorong oleh publik sebagai pemimpin baru
Media dan institusi pemerintahan mengalami dampak serius. Misalnya, kantor media besar Kantipur Media Group di Kathmandu dibakar. Meski demikian, para jurnalis tetap pantang menyerah, dan berhasil menerbitkan edisi harian berikutnya meski hanya dengan peralatan seadanya—sebuah kisah ketabahan di tengah krisis
Nepal kini berada di persimpangan. Protes Gen-Z membuka harapan perubahan, namun kekacauan dan aksi kriminal memicu krisis dalam krisis. Langkah militer menambah ketegangan, sementara pemulihan sosial dan ekonomi menjadi prioritas mendesak. Safeguard terhadap hak sipil dan kebebasan berekspresi akan menjadi ujian sejauh mana Nepal mampu bangkit secara demokratis.