
Seorang tokoh senior Republik Islam Iran, Mohammad Sadr, anggota Dewan Kebijaksanaan (Expediency Discernment Council), melemparkan tuduhan gegap gempita terhadap Moskow. Dalam wawancara pada Minggu, 24 Agustus 2025, Sadr mengklaim bahwa Rusia membocorkan lokasi situs pertahanan udara Iran kepada Israel—langkah yang diyakini melemahkan strategi Tehran kala konflik meletus pada Juni lalu (Perang 12 hari)
Sadr secara terbuka menyatakan bahwa perang singkat antara Iran dan Israel pada Juni mengungkap kegagalan praktis dari aliansi strategis dengan Rusia. “Aliansi yang katanya strategis ternyata tidak memberi manfaat nyata ketika dibutuhkan,” tegasnya
Ia menyebutkan bahwa Rusia lebih memilih menjual sistem pertahanan S-400 kepada Turki, yang tergabung dalam NATO, ketimbang Iran—padahal kedua negara telah menandatangani perjanjian kemitraan strategis di awal 2025,Sadr bahkan mengungkapkan bahwa jet tempur Sukhoi-35 yang dijanjikan kepada Iran tidak pernah dikirim, mempertegas rasa kecewa terhadap janji-janji kosong Rusia
idak hanya menyasar Moscow, Sadr juga melontarkan tuduhan terhadap Israel dalam tragedi helikopter yang menewaskan mantan Presiden Ebrahim Raisi pada Mei 2024. “Sejak awal saya menyebut ini pembunuhan yang dilakukan Israel,” katanya, meski diakuinya itu merupakan analisis pribadi tanpa bukti konkret
Menurut pengamat, klaim tersebut mencerminkan ketegangan internal di tubuh elite politik Iran, sekaligus menjadi amunisi bagi kelompok garis keras untuk menolak zona abu-abu dalam hubungan dengan Israel,Namun seperti sebelumnya, otoritas militer Iran telah menyatakan bahwa kecelakaan itu disebabkan oleh kegagalan teknis dan bukan tindakan eksternal
Rusia dalam Perang 12 Hari: Bungkam dan Minim Tindakan
Konflik singkat antara Iran dan Israel pada Juni menewaskan sejumlah tokoh militer dan ilmuwan nuklir Iran, serta merusak jaringan pertahanan udara negara itu secara serius,Dalam situasi ini, Rusia hanya mengeluarkan kecaman verbal dan tidak melakukan intervensi diplomatik atau militer apa pun
Sadr memandang sikap pasif Moskow sebagai bentuk pengkhianatan. “Ketika saatnya tiba, Rusia tidak akan berpihak pada kita,” katanya, mengingatkan tentang pentingnya menata ulang ekspektasi atas kerja sama bilateral
Latar belakang pernyataan Sadr ini menunjukkan sebuah sinyal pergeseran dalam arah kebijakan luar negeri Iran. Sebagai respons atas kekecewaan terhadap Rusia, Tehran disebut mulai menjajaki Belarus sebagai mitra alternatif untuk mengembalikan kemampuan pertahanan udaranya yang rusak—karena Belarus tidak dibebani sanksi seperti Rusia
Pernyataan Sadr mengundang sorotan internasional. Media seperti The Moscow Times, Asharq Al-Awsat, dan sejumlah outlet regional melaporkan tuduhan ini, membuka ruang diskusi soal dinamika geopolitik Timur Tengah dan kerentanannya saat bergantung pada power broker global seperti Rusia
Politisi garis lunak dalam pemerintahan Presiden Masoud Pezeshkian mungkin menyoroti pesan Sadr sebagai panggilan untuk menyeimbangkan hubungan, sambil meningkatkan kerja sama militer domestik dan memperkuat aliansi regional melalui negara-negara seperti Belarus atau lokal di kawasan.
Kesimpulan: Titik Balik Dalam Hubungan Iran–Rusia
Mohammad Sadr telah menabur benih keraguan publik akan integritas aliansi Iran–Rusia, menuding Moskow sebagai pihak yang secara diam-diam membantu Israel saat serangan terjadi. Tuduhannya atas kematian Raisi semakin memperkompleks dan memanas politik dalam negeri, sekaligus memicu rekomendasi strategis baru tentang diversifikasi aliansi pertahanan.