
Antusiasme publik sepak bola Asia mencapai puncaknya usai dilangsungkannya drawing ronde keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia pada Kamis sore, 17 Juli 2025. Drawing tersebut tidak hanya menyajikan pembagian grup yang kompetitif, namun juga memperlihatkan sebuah fenomena menarik: tiga negara besar di Grup B—Indonesia, Irak, dan Arab Saudi—baru saja melakukan pergantian pelatih dalam beberapa bulan terakhir.
Dengan format satu putaran dan sistem sentralisasi venue, aspek kepemimpinan dan taktik akan sangat menentukan. Tak heran, pergantian pelatih ini dinilai sebagai langkah strategis masing-masing federasi dalam memaksimalkan peluang lolos ke putaran final Piala Dunia 2026.
Menariknya, ketiga pergantian ini datang dari latar belakang dan motivasi yang berbeda. Indonesia memilih Patrick Kluivert sebagai simbol penyegaran dan peningkatan kapasitas, Irak merekrut Graham Arnold dengan gaya khas Eropa-Australia, dan Arab Saudi kembali mempercayakan posisi pelatih kepada Herve Renard setelah eksperimen dengan Roberto Mancini gagal membuahkan hasil.
Patrick Kluivert: Harapan Baru Sepak Bola Indonesia

Pada 8 Januari 2025, PSSI resmi menunjuk Patrick Kluivert, mantan penyerang legendaris Timnas Belanda, sebagai pelatih Timnas Indonesia hingga 2027. Kluivert ditugaskan menggantikan Shin Tae-yong, dengan harapan besar membawa Garuda terbang lebih tinggi, bahkan menembus Piala Dunia untuk pertama kalinya sejak 1938.
Debut Kluivert berlangsung melawan Australia di Sydney, Maret 2025. Sayangnya, laga tersebut berakhir dengan kekalahan telak 1-5, menunjukkan bahwa transisi gaya permainan ofensif yang diusung sang pelatih belum sepenuhnya diadaptasi oleh skuad Garuda.
Namun, respons positif segera terlihat. Indonesia meraih kemenangan tipis 1-0 atas Bahrain, disusul kemenangan kedua atas China pada 5 Juni 2025 di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Progres signifikan dalam organisasi permainan serta efektivitas serangan menjadi indikator bahwa era Kluivert mulai menemukan bentuknya.
Graham Arnold: Solusi Taktis untuk Irak

Langkah mengejutkan diambil Federasi Sepak Bola Irak saat mereka menunjuk Graham Arnold, eks pelatih Timnas Australia, pada Mei 2025. Keputusan ini muncul sebagai respons atas penurunan performa Irak di putaran ketiga kualifikasi.
Arnold membawa bekal pengalaman tampil di Piala Dunia 2022 bersama Socceroos. Debutnya bersama Irak berlangsung sukses, mengalahkan Korea Selatan pada Juni 2025 di Basra—sebuah sinyal awal bahwa pendekatan disiplin dan fisikal ala Arnold mulai memberikan dampak.
Laga berikutnya melawan Indonesia pada 11 Oktober 2025 akan menjadi ujian serius. Dibantu oleh asisten seperti Rene Meulensteen dan Robbie Stanton, Arnold ditugaskan membangun tim yang solid dan kompetitif.
Herve Renard: Kembalinya Sang Juru Selamat Arab Saudi

Arab Saudi menjadi negara dengan dinamika paling unik di sektor kepelatihan. Setelah berpisah dengan Herve Renard pada Maret 2023 pasca Piala Dunia 2022, federasi menunjuk Roberto Mancini. Namun, performa Saudi justru menurun di bawah eks pelatih Italia tersebut.
Rentetan hasil buruk, termasuk kekalahan dari Jepang dan Indonesia, membuat federasi memutuskan mengakhiri kontrak Mancini pada Oktober 2024. Satu bulan berselang, Herve Renard kembali diangkat sebagai pelatih hingga akhir 2025 dengan opsi perpanjangan.
Renard kini dipercaya untuk mengembalikan kestabilan dan semangat juang tim. Dengan pengalaman serta chemistry yang sudah terbangun sebelumnya, Saudi berharap sang pelatih mampu membimbing mereka melangkah lebih jauh.
Transformasi Tiga Negara, Siapa yang Siap Meledak di Round 4?
Pergantian pelatih yang dilakukan Indonesia, Irak, dan Arab Saudi menjadi dinamika penting dalam menyambut babak akhir Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Ketiganya membawa filosofi baru, pendekatan segar, dan ambisi besar.
Namun, adaptasi tetap menjadi kunci. Dengan waktu persiapan yang terbatas, hanya tim yang cepat menyatu dengan sistem pelatih barunya yang akan mampu mencuri peluang lolos otomatis atau setidaknya mengamankan tiket playoff.
Round 4 akan menjadi panggung ujian sejati: antara harapan dan kenyataan, strategi dan pelaksanaan.
