Mei 28, 2025

Bahasa Mandarin sering dikenal sebagai bahasa resmi Tiongkok dan digunakan secara luas di sekolah, pemerintahan, serta media. Namun, banyak orang mungkin tidak menyadari bahwa di Tiongkok terdapat banyak bahasa daerah (dialek), salah satunya adalah Hokkien. Hokkien (juga dikenal sebagai Minnan atau Southern Min) adalah bahasa yang banyak digunakan di provinsi Fujian, Taiwan, dan komunitas perantau Tionghoa di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Berikut adalah 5 perbedaan utama antara Hokkien dan Mandarin:

1. Asal Usul dan Penyebaran

Mandarin berasal dari kawasan utara dan tengah Tiongkok, dan kini menjadi bahasa resmi Republik Rakyat Tiongkok, Taiwan, serta salah satu bahasa resmi Singapura. Sementara itu, Hokkien berasal dari provinsi Fujian di tenggara Tiongkok, khususnya wilayah Minnan, dan menyebar melalui para perantau ke Taiwan, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Indonesia.

Dengan kata lain, Mandarin adalah bahasa nasional, sedangkan Hokkien lebih sebagai bahasa daerah yang berkembang kuat di komunitas diaspora.

2. Pelafalan (Fonologi)

Mandarin memiliki sekitar 400 suku kata dasar dengan empat nada utama, sedangkan Hokkien memiliki lebih banyak variasi suara (diperkirakan lebih dari 700 suku kata) dan enam hingga delapan nada, tergantung dialek lokalnya.

Contohnya, kata “air” dalam Mandarin adalah shuǐ (水), sedangkan dalam Hokkien adalah chúi. Pelafalan antara keduanya terdengar sangat berbeda, bahkan bagi penutur asli.

3. Kosakata

Banyak kata dalam Hokkien tidak ditemukan dalam bahasa Mandarin, karena Hokkien mempertahankan kosakata yang lebih kuno dari bahasa Tionghoa Kuno. Misalnya, kata “aku” dalam Mandarin adalah (我), sedangkan dalam Hokkien adalah góa. Kata “tidak” dalam Mandarin adalah (不), sementara dalam Hokkien adalah atau tergantung konteksnya.

Meski keduanya menggunakan aksara Tionghoa, arti dan cara pengucapannya bisa berbeda.

4. Penulisan

Mandarin secara resmi menggunakan aksara sederhana (simplified characters) di Tiongkok dan aksara tradisional di Taiwan. Sebaliknya, Hokkien lebih sering ditulis dengan aksara tradisional dan kadang menggunakan sistem romanisasi seperti Pe̍h-ōe-jī, terutama dalam konteks agama atau musik tradisional.

Selain itu, banyak penutur Hokkien sehari-hari tidak menulis bahasa mereka, karena Hokkien lebih sering diwariskan secara lisan.

5. Status Sosial dan Penggunaan

Mandarin diajarkan di sekolah-sekolah, digunakan dalam media, pemerintahan, dan bisnis resmi. Hokkien, sebaliknya, umumnya dipakai di lingkungan keluarga, komunitas lokal, atau acara-acara tradisional.

Di beberapa tempat seperti Taiwan, Hokkien mulai dihidupkan kembali dan diajarkan di sekolah untuk menjaga warisan budaya. Namun, di banyak komunitas lain, bahasa ini mulai berkurang penggunaannya karena generasi muda lebih fokus pada Mandarin atau bahasa lokal lain.

Kesimpulan

Hokkien dan Mandarin mungkin sama-sama bagian dari rumpun bahasa Tionghoa, tetapi perbedaan mereka sangat jelas, mulai dari asal-usul, pelafalan, kosakata, penulisan, hingga peran sosialnya. Mengenali perbedaan ini membantu kita lebih menghargai keragaman bahasa dan budaya Tionghoa yang kaya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *