Beras porang dan shirataki sering kali dibandingkan sebagai dua jenis makanan sehat yang berasal dari bahan baku yang sama, yakni tanaman porang. Meskipun keduanya memiliki kemiripan dalam beberapa aspek, terutama dalam hal manfaat kesehatan, keduanya juga memiliki perbedaan yang signifikan. Artikel ini akan mengulas lima perbedaan utama antara beras porang dan shirataki untuk membantu Anda memahami lebih dalam tentang kedua produk tersebut.
1. Bentuk dan Tekstur
Beras porang dan shirataki memiliki perbedaan mencolok dalam hal bentuk dan tekstur.
- Beras Porang: Beras porang diolah menjadi butiran-butiran kecil yang menyerupai beras biasa. Meskipun tampak seperti beras, teksturnya sedikit lebih kenyal dan tidak mudah pecah. Ketika dimasak, beras porang cenderung menyerap air dengan baik, sehingga menghasilkan butiran yang agak kenyal dan lebih ringan dibandingkan dengan beras biasa.
- Shirataki: Shirataki, yang dikenal sebagai “konjac noodles” atau mie konjac, berbentuk mie atau pasta yang sangat tipis dan transparan. Shirataki memiliki tekstur yang kenyal dan agak elastis, mirip dengan tekstur jelly atau agar-agar, sehingga sering digunakan dalam masakan Asia, seperti sup atau salad.
2. Cara Pengolahan
Proses pengolahan beras porang dan shirataki juga berbeda meskipun keduanya berasal dari tanaman yang sama.
- Beras Porang: Beras porang terbuat dari umbi tanaman porang yang diproses menjadi butiran-butiran kecil. Umbi porang diproses dengan cara dikeringkan dan dihancurkan untuk menghasilkan tepung porang, yang kemudian diubah menjadi butiran beras setelah melalui beberapa tahap pengolahan. Proses ini memungkinkan beras porang digunakan sebagai pengganti beras dalam masakan sehari-hari.
- Shirataki: Shirataki dibuat dari tepung konjac yang diekstraksi dari umbi konjac, yang merupakan tanaman terkait dengan porang. Tepung konjac dicampur dengan air dan kalsium hidroksida (bahan pengental), kemudian diproses menjadi mie atau pasta yang kenyal. Shirataki biasanya sudah dalam bentuk jadi dan hanya perlu dipanaskan atau dimasak sebentar sebelum disajikan.
3. Kandungan Gizi
Kedua produk ini memiliki manfaat kesehatan yang luar biasa, namun kandungan gizinya sedikit berbeda.
- Beras Porang: Beras porang mengandung serat yang sangat tinggi, terutama dalam bentuk glukomanan, yang dikenal baik untuk kesehatan pencernaan dan pengontrolan kadar gula darah. Selain itu, beras porang rendah kalori, menjadikannya pilihan yang baik untuk diet rendah kalori.
- Shirataki: Shirataki juga mengandung glukomanan dalam jumlah yang signifikan, sehingga memiliki kandungan kalori yang sangat rendah—bahkan hampir nol kalori. Shirataki adalah pilihan populer bagi mereka yang sedang menjalani diet penurunan berat badan atau diet rendah karbohidrat karena hampir tidak mengandung kalori dan karbohidrat. Namun, karena kandungannya yang rendah kalori, shirataki kurang memberikan energi dibandingkan beras porang.
4. Penggunaan dalam Masakan
Meskipun keduanya dapat digunakan sebagai pengganti karbohidrat tradisional, cara penggunaan beras porang dan shirataki dalam masakan sedikit berbeda.
- Beras Porang: Beras porang digunakan secara langsung sebagai pengganti beras putih dalam masakan. Anda dapat memasaknya dengan cara yang sama seperti memasak beras biasa—direbus atau dikukus—untuk menjadi lauk pendamping atau nasi. Beras porang lebih cocok digunakan dalam hidangan yang membutuhkan nasi, seperti nasi goreng, nasi uduk, atau nasi putih biasa.
- Shirataki: Shirataki lebih sering digunakan sebagai pengganti mie atau pasta dalam masakan. Anda bisa menambahkannya ke dalam sup, salad, atau stir-fry. Shirataki tidak cocok sebagai pengganti nasi, tetapi sangat cocok untuk hidangan yang membutuhkan mie atau pasta karena teksturnya yang kenyal.
5. Harga dan Ketersediaan
Beras porang dan shirataki juga memiliki perbedaan terkait harga dan ketersediaannya di pasaran.
- Beras Porang: Beras porang relatif baru di pasar Indonesia dan beberapa negara lain, namun semakin banyak tersedia di toko bahan makanan atau pasar online. Harga beras porang bisa sedikit lebih tinggi daripada beras biasa, namun masih lebih terjangkau jika dibandingkan dengan produk shirataki yang diimpor.
- Shirataki: Shirataki lebih dikenal di kalangan konsumen yang mengikuti diet rendah karbohidrat atau hidup sehat. Produk ini umumnya lebih mudah ditemukan di supermarket yang menjual bahan-bahan makanan internasional, serta toko online. Shirataki seringkali dihargai lebih mahal dibandingkan beras porang karena proses pembuatan dan distribusinya yang lebih rumit.
Kesimpulan
Beras porang dan shirataki adalah dua alternatif sehat yang berasal dari tanaman porang dan konjac, tetapi memiliki beberapa perbedaan yang perlu dipahami. Beras porang lebih mirip nasi dalam bentuk dan cara pengolahan, serta cocok untuk menggantikan nasi biasa dalam berbagai hidangan. Sedangkan shirataki, dengan teksturnya yang kenyal dan transparan, lebih cocok digunakan sebagai pengganti mie atau pasta dalam masakan. Keduanya menawarkan manfaat kesehatan yang luar biasa, seperti rendah kalori dan kaya serat, namun memiliki perbedaan dalam penggunaan dan kandungan gizi.
Pemilihan antara beras porang dan shirataki tergantung pada jenis masakan yang ingin Anda buat dan tujuan diet yang sedang Anda jalani. Keduanya merupakan pilihan sehat yang dapat membantu mencapai pola makan lebih bergizi dan seimbang.