November 15, 2025

Timnas Italia kembali berada dalam situasi genting menuju Piala Dunia 2026. Seperti dua edisi sebelumnya, Azzurri kemungkinan besar harus melalui jalur play-off untuk merebut tiket ke turnamen terbesar dunia. Posisi di klasemen serta selisih gol membuat harapan lolos langsung hampir mustahil. Namun bagi pelatih Gennaro Gattuso, perjuangan Italia sekarang bukan sekadar soal angka, melainkan tentang mengembalikan mentalitas juara dan menjaga harga diri bangsa.

Italia kini menghuni peringkat kedua Grup I dengan 18 poin, tertinggal tiga poin dari Norwegia yang memimpin dengan 21 poin. Secara matematis peluang masih terbuka, namun syaratnya nyaris tidak masuk akal: Italia harus menang setidaknya 17-0 di laga pamungkas agar bisa menyalip Norwegia lewat keunggulan selisih gol. Meskipun sepakbola menyimpan kejutan, skenario seperti itu tidak lebih dari fantasi.

Dengan kondisi tersebut, Italia tampaknya sudah harus menerima kenyataan menghadapi jalur play-off — sebuah fase yang justru menjadi luka lama dalam sejarah mereka. Pada 2018 dan 2022, Italia gagal menembus Piala Dunia karena tersingkir di babak ini. Dua trauma itulah yang kini menghantui publik sepakbola Negeri Pizza.

Gattuso: Italia Harus Kembali Ingat Jati Diri

Mengomentari situasi timnya, Gattuso menegaskan bahwa yang paling mendesak bukanlah menghitung peluang lolos langsung, melainkan membangun stabilitas mental dalam skuad. Menurutnya, Italia saat ini masih membawa sisa goresan dari pemecatan Luciano Spalletti sebelumnya, serta kekalahan yang membuat kepercayaan diri semakin rapuh.

Dalam wawancara dengan media Italia, Gattuso menjelaskan:

“Sebenarnya, lebih baik mengingat asal-usul kita. Karena Italia yang rapuh ini, yang baru saja keluar dari kekalahan setelah pemecatan Spalletti yang menyakitkan, membutuhkan satu hal di atas segalanya: terus berkembang sambil terlindung dari kontroversi dan membangun kembali kepercayaan dirinya jelang tujuan utama — lolos dari play-off dan kembali ke Piala Dunia.”

Bagi Gattuso, perjalanan Italia bukan hanya tentang strategi, formasi, atau taktik, tetapi tentang bagaimana pemain dapat mengangkat kembali martabat tim nasional. Ia memahami bahwa tekanan yang mereka hadapi tidak ringan, namun menurutnya tekanan itulah yang harus menjadi bahan bakar untuk bangkit.

Italia sebenarnya punya peluang untuk memperkecil selisih gol ketika berjumpa Moldova. Namun kenyataannya, Azzurri hanya mampu menang dua kali dengan skor tipis 2-0. Di sisi lain, Norwegia tampil memukau, menghantam lawan yang sama dengan skor mencolok 5-0 dan 11-1. Perbandingan ini memperlihatkan betapa tajamnya Norwegia di fase kualifikasi dan betapa tidak efektifnya lini serang Italia.

Kemandulan Italia menjadi isu serius dalam beberapa pertandingan terakhir. Kendati penguasaan bola dominan, penyelesaian akhir sering tidak optimal. Kualitas serangan yang tidak konsisten inilah yang membuat perjalanan Italia menjadi berliku.

Gattuso pun menekankan bahwa meski laga terakhir melawan Norwegia tidak akan mengubah banyak hal, pertandingan tersebut tetap penting untuk menjaga harga diri.

“Pada hari Minggu melawan Norwegia, kami akan bermain hanya untuk harga diri, dan itu bukan hal yang remeh,” tegas Gattuso.

Ia juga menyebut bahwa menyamai poin Norwegia — meskipun lewat selisih gol yang mustahil — tetap menjadi motivasi untuk membuktikan bahwa Italia masih memiliki roh persaingan.

Play-off: Cermin Masa Lalu, Pertarungan Masa Depan

Meski belum dimulai, bayang-bayang play-off sudah terasa menekan ruang ganti Italia. Bagi publik, fase ini mengingatkan mimpi buruk ketika Italia disingkirkan oleh Swedia pada 2018 dan oleh Makedonia Utara pada 2022. Dua kegagalan tersebut bukan hanya menyakitkan, tetapi juga mencoreng reputasi Italia sebagai empat kali juara dunia.

Gattuso memahami sepenuhnya apa yang dipertaruhkan.

“Setelah (laga melawan Norwegia), kami akan berada di tempat yang sudah lama kami tahu akan menjadi akhirnya: berdiri di depan cermin dan bayangan kami sendiri, menghadapi pertarungan hidup-mati yang tak boleh kami lewatkan.”

Play-off kali ini menjadi penentu apakah Italia mampu menghapus trauma atau justru menambah babak kelam dalam sejarah mereka.

Selain urusan teknis, masalah internal menjadi tantangan tersendiri. Pergantian pelatih, kritik dari publik, tekanan media, serta performa yang naik-turun membuat atmosfer tim sempat tidak menentu. Namun Gattuso menegaskan bahwa tim perlu dijauhkan dari kontroversi agar fokus tidak terpecah.

Pekerjaan rumah Italia cukup banyak: memperbaiki efektivitas serangan, mengasah koordinasi lini belakang, menjaga kestabilan mental, hingga membangun kembali kedekatan antarpemain. Meski begitu, Italia masih memiliki materi pemain yang sangat kompetitif — mulai dari gelombang muda berbakat hingga pemain berpengalaman yang bisa menjadi pilar.

Kendati peluang lolos otomatis hampir sirna, Italia masih memiliki kesempatan besar untuk bangkit melalui play-off. Perjalanan tidak akan mudah, tetapi dengan mental yang kuat, strategi matang, dan kestabilan internal, peluang untuk kembali tampil di Piala Dunia tetap terbuka.

Gattuso sudah memberikan pesan yang jelas: ini bukan hanya soal tiket ke final, tetapi tentang mempertahankan kehormatan Italia sebagai negara besar sepakbola.