Oktober 27, 2025

Turin, 27 Oktober – Badai tengah melanda Juventus. Klub raksasa Italia ini secara resmi mengumumkan pemecatan Igor Tudor dari posisi pelatih kepala pada Senin malam WIB, menyusul serangkaian hasil mengecewakan yang telah lama menempatkan nakhoda asal Kroasia itu di ujung tanduk. Bersama Tudor, seluruh staf kepelatihannya, termasuk Ivan Javorcic, Tomislav Rogic, dan Riccardo Ragnacci, juga dibebastugaskan dari Bianconeri.

Keputusan ini bukanlah kejutan besar bagi para pengamat dan tifosi Juventus. Kekalahan 0-1 dari Lazio di Stadio Olimpico menjadi pukulan terakhir bagi manajemen. Delapan pertandingan tanpa kemenangan—termasuk tiga kekalahan beruntun dari Como, Real Madrid, dan Lazio—menjadi rapor merah yang tak termaafkan. Juventus bahkan mencatat periode tanpa gol terpanjang sejak 2009, dengan total 394 menit tanpa mampu mencetak angka. Tekanan dari para penggemar dan petinggi klub akhirnya memuncak, memaksa Tudor angkat kaki dari Turin hanya beberapa bulan setelah ia menukangi tim.

Dalam situasi genting ini, Juventus bergerak cepat menunjuk Massimo Brambilla, pelatih tim Juventus Next Gen (tim muda), sebagai nahkoda sementara. Brambilla akan memimpin tim pada laga Serie A mendatang melawan Udinese di Stadion Allianz pada 30 Oktober. Meskipun belum memiliki pengalaman di level Serie A, Brambilla dianggap memahami karakter tim dan filosofi permainan Juventus berkat kiprahnya yang panjang di tim muda Bianconeri. Ia dikenal dengan pendekatan taktik modern dan disiplin, serta kemampuannya dalam mengembangkan talenta muda.

Sosok Massimo Brambilla: Harapan di Tengah Krisis

Massimo Brambilla, pria berusia 52 tahun, bukanlah nama asing di sepak bola Italia. Saat masih aktif bermain, ia dikenal sebagai gelandang serang pekerja keras yang membela berbagai klub, termasuk Monza, Torino, dan Cagliari. Setelah pensiun pada 2010, Brambilla segera terjun ke dunia kepelatihan, meniti karier dari bawah di sistem akademi seperti Pergocrema, Novara, dan Atalanta. Di Atalanta, ia bahkan berperan dalam pengembangan beberapa talenta muda Italia yang kini bersinar di Serie A.

Pengalamannya bersama Juventus Next Gen sejak 2022, di mana ia melatih tim Juventus B di Serie C selama dua musim, memberinya pemahaman mendalam tentang struktur dan pemain muda klub. Meskipun sempat menjalani periode singkat dan kurang sukses bersama Foggia di Serie C pada September 2024 sebelum kembali ke Juventus Next Gen, rekam jejaknya di pembinaan pemain muda diharapkan bisa membawa angin segar. Brambilla kini mendapatkan kesempatan emas untuk membuktikan kemampuannya di panggung utama, di tengah tekanan yang luar biasa. Jika ia mampu membawa Juventus kembali ke jalur kemenangan dalam beberapa pekan ke depan, bukan tidak mungkin statusnya akan dipertimbangkan untuk dipertahankan secara permanen.

Pencarian Pelatih Permanen dan Spekulasi Kandidat

Sambil menunggu hasil kerja Brambilla, manajemen Juventus dikabarkan telah aktif mencari kandidat pelatih permanen. Sky Sport Italia melaporkan bahwa Bianconeri telah menghubungi Raffaele Palladino, mantan nakhoda Fiorentina, sejak pekan lalu. Palladino, yang saat ini berstatus bebas klub setelah meninggalkan Fiorentina pada musim panas 2025, memiliki reputasi gemilang sebagai salah satu pelatih muda berbakat di Italia, telah menunjukkan kebolehannya meracik taktik bersama Monza dan Fiorentina.

Selain Palladino, nama-nama besar lain juga masuk dalam radar Juventus, seperti Roberto Mancini dan Luciano Spalletti. Direktur Olahraga Damien Comolli dilaporkan tengah menjajaki berbagai opsi untuk menemukan sosok yang tepat guna mengembalikan Juventus ke kejayaan.

Akar Masalah Juventus Menurut Alessandro Del Piero

Krisis Juventus ini memicu berbagai analisis, termasuk dari legenda klub Alessandro Del Piero. Del Piero mengalihkan perhatian dari Tudor sebagai “masalah utama,” dengan menegaskan bahwa situasi di Juventus jauh lebih rumit. Ia menyoroti bagaimana tim ini kesulitan untuk benar-benar menyatu sepanjang musim, dan bahwa Tudor memang belum menemukan sebelas pemain inti yang konsisten.

“Tudor memang belum menemukan sebelas pemain inti, tapi itu bukan karena dia tidak mau mencari. Hanya saja, selain beberapa pemain tertentu, yang lain masih kesulitan tampil konsisten,” ungkap Del Piero. Mantan kapten ini menekankan pentingnya memiliki kerangka utama tim yang stabil, seperti yang dimiliki tim-tim papan atas di Italia dan Eropa untuk pertandingan penting.

Del Piero juga berpendapat bahwa pergantian pelatih saja tidak akan membawa perubahan besar secara cepat dan signifikan. Meskipun ia melihat ada sedikit kemajuan dalam permainan tim, terutama saat melawan Real Madrid dan Lazio yang menurutnya “tidak pantas kalah,” masalah sesungguhnya terletak pada inkonsistensi performa dan kurangnya identitas tim.

Juventus saat ini sedang berada di persimpangan jalan. Dengan Massimo Brambilla sebagai solusi sementara dan daftar panjang kandidat potensial untuk kursi panas, seluruh mata tertuju pada bagaimana Bianconeri akan mengatasi periode tergelap mereka sejak 2009. Tantangan ini bukan hanya tentang memenangkan pertandingan, melainkan tentang membangun kembali fondasi dan identitas sebuah klub yang berambisi kembali ke puncak Serie A dan Eropa.