
Pasar emas Indonesia dikejutkan dengan lonjakan harga yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Jumat, 17 Oktober 2025. Harga emas Antam 24 karat mengalami kenaikan tertinggi sepanjang sejarah, melambung hingga Rp 78 ribu per gram, mencapai angka fantastis Rp 2.485.000 per gram. Kenaikan drastis ini menandai momen bersejarah bagi para investor dan pelaku pasar logam mulia di Tanah Air.
Fenomena Kenaikan yang Tak Terduga

Untuk pertama kalinya, harga emas Antam melonjak sebesar Rp 78 ribu per gram dalam satu hari. Ini adalah angka yang belum pernah tercatat sebelumnya, mengingat kenaikan harga tertinggi biasanya hanya berkisar di atas Rp 30 ribu per gram, atau paling tinggi pernah menyentuh di atas Rp 40 ribu per gram. Sebagai perbandingan, kenaikan harga emas tertinggi sebelumnya terjadi pada Selasa, 23 September (Rp 41 ribu per gram) dan Selasa, 22 April (Rp 36 ribu per gram). Lompatan signifikan kali ini jauh melampaui rekor-rekor sebelumnya, mengindikasikan adanya faktor-faktor pendorong yang sangat kuat di pasar global dan domestik.
Berdasarkan data dari situs resmi Logam Mulia Antam pada Jumat, 17 Oktober 2025, satuan harga emas terkecil ukuran 0,5 gram kini dibanderol Rp 1.292.500. Sementara itu, harga emas 10 gram dijual seharga Rp 24.345.000. Untuk ukuran terbesar, yakni 1.000 gram (1 kg), harganya mencapai Rp 2.425.600.000.
Jika ditarik dalam rentang waktu yang lebih luas, tren kenaikan harga emas Antam terlihat sangat jelas. Dalam sepekan terakhir, harga emas Antam bergerak naik dari kisaran Rp 2.299.000 hingga Rp 2.485.000 per gram. Bahkan dalam sebulan terakhir, pergerakan harga emas Antam berada pada rentang yang signifikan, yaitu antara Rp 2.090.000 hingga Rp 2.485.000 per gram.
Harga Buyback Ikut Meroket dan Implikasi Pajak

Tidak hanya harga jual, harga buyback emas Antam juga ikut melonjak tajam. Pada hari yang sama, harga buyback naik Rp 78 ribu per gram menjadi Rp 2.334.000 per gram. Harga buyback ini adalah harga yang akan dibayarkan Antam kepada konsumen jika mereka ingin menjual kembali emas batangan miliknya. Kenaikan harga buyback yang paralel ini tentu menjadi kabar baik bagi para investor yang mungkin ingin merealisasikan keuntungan dari kepemilikan emas mereka.
Penting untuk diingat bagi para investor, sesuai Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 81 Tahun 2024, setiap transaksi buyback dengan nilai di atas Rp 10 juta akan dikenai Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 sebesar 1,5 persen. PPh Pasal 22 tersebut akan dipotong langsung dari total nilai transaksi pada saat pelaksanaan buyback. Hal ini perlu diperhitungkan oleh investor saat merencanakan penjualan emas mereka.
Daftar Lengkap Harga Emas Antam (17/10/2025):
Berikut adalah rincian lengkap harga emas Antam per Jumat, 17 Oktober 2025, mulai dari ukuran terkecil hingga terbesar:
- Harga emas 0,5 gram: Rp 1.292.500
- Harga emas 1 gram: Rp 2.485.000
- Harga emas 2 gram: Rp 4.910.000
- Harga emas 3 gram: Rp 7.340.000
- Harga emas 5 gram: Rp 12.200.000
- Harga emas 10 gram: Rp 24.345.000
- Harga emas 25 gram: Rp 60.737.000
- Harga emas 50 gram: Rp 121.395.000
- Harga emas 100 gram: Rp 242.712.000
- Harga emas 250 gram: Rp 606.515.000
- Harga emas 500 gram: Rp 1.212.820.000
- Harga emas 1.000 gram: Rp 2.425.600.000
Faktor Pendorong Kenaikan Harga Emas Global

Kenaikan signifikan harga emas Antam ini tidak terlepas dari pergerakan harga emas di pasar global. Pada Kamis (Jumat waktu Jakarta), harga emas dunia melonjak melewati USD 4.300 per ons, mencatat rekor tertinggi untuk sesi perdagangan keempat berturut-turut. Harga emas di pasar spot naik 0,4% menjadi USD 4.343,63 per ons pada Kamis malam, setelah menyentuh rekor tertinggi USD 4.330,42. Sementara itu, harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember ditutup 2,5% lebih tinggi pada USD 4.304,60, setelah mencapai rekor tertinggi USD 4.335 per ons.
Logam kuning telah mengalami kenaikan lebih dari 60% tahun ini, didorong oleh berbagai faktor fundamental yang kompleks:
- Ketegangan Geopolitik: Konflik yang memanas dan ketidakpastian politik di berbagai belahan dunia meningkatkan permintaan akan aset safe haven seperti emas. Pertikaian dagang AS-Tiongkok yang memanas, serta pertemuan puncak antara Presiden Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membahas perang di Ukraina, menambah ketidakpastian global.
- Taruhan Penurunan Suku Bunga Agresif: Para pedagang memperkirakan akan ada pemotongan suku bunga Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed), sebesar 25 basis poin pada bulan Oktober, dan satu lagi pada bulan Desember. Emas, yang tidak memberikan imbal hasil, cenderung berkinerja baik dalam lingkungan suku bunga rendah karena biaya peluang memegang emas menjadi lebih kecil.
- Pembelian Bank Sentral: Bank-bank sentral global terus mengakumulasi emas sebagai diversifikasi cadangan mata uang, memberikan dukungan kuat terhadap harga.
- De-dolarisasi: Upaya beberapa negara untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS juga mendorong permintaan emas sebagai alternatif.
- Arus Masuk ETF yang Kuat: Dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) emas terus menarik minat investor, menambah tekanan beli.
- Penutupan Pemerintah AS (Government Shutdown): Penutupan pemerintah AS yang sedang berlangsung juga berkontribusi pada sentimen negatif di pasar, mendorong investor mencari keamanan di emas. Pejabat Departemen Keuangan memperingatkan bahwa hal ini dapat merugikan ekonomi hingga USD 15 miliar seminggu.
Analis MarketPulse Zain Vawda menyatakan bahwa pergerakan harga emas akan sangat bergantung pada gambaran pemangkasan suku bunga menjelang tahun 2026 serta perkembangan hubungan AS-Tiongkok. “Jika tidak tercapai kesepakatan antara AS-Tiongkok dan hubungan terus memburuk, hal itu bisa menjadi pemicu yang dibutuhkan emas untuk menembus batas USD 5.000 per ons,” ujarnya.
HSBC, salah satu lembaga keuangan besar, telah menaikkan perkiraan harga emas rata-rata tahun 2025 menjadi USD 3.355 per ons, menggarisbawahi proyeksi positif untuk logam mulia ini. Dengan demikian, lonjakan harga emas Antam hari ini adalah cerminan dari dinamika pasar global yang kompleks, menjadikan emas sebagai salah satu investasi paling menarik di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.