
Film “Rangga & Cinta” yang resmi tayang di bioskop sejak 2 Oktober 2025, bukan sekadar upaya membangkitkan nostalgia pada kisah cinta remaja legendaris Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputra dari “Ada Apa Dengan Cinta?” (AADC). Ini adalah sebuah reinterpretasi berani yang menghadirkan perspektif baru tentang cinta dan perjalanan hidup, diperankan oleh wajah-wajah baru, namun tetap relevan dengan denyut nadi Gen Z. Digadang-gadang sebagai jembatan antara generasi lama dan baru, film ini menyajikan napas musikal yang segar, membedakannya secara signifikan dari film aslinya.
Sinopsis dan Sentuhan Musikal yang Menyegarkan

“Rangga & Cinta” merupakan adaptasi ulang dari AADC (2002) yang ikonik, namun dengan elemen musikal yang kuat. Cerita berpusat pada Cinta (Leya Princy), siswi SMA yang populer, aktif, dan berprestasi, dikelilingi keluarga serta sahabat-sahabat setianya: Alya (Jasmine Nadya), Karmen (Daniella Tumiwa), Maura (Kyandra Sembel), dan Milly (Katyana Mawira). Dunia Cinta yang semula sempurna terguncang saat ia dikalahkan dalam lomba puisi oleh Rangga (El Putra Sarira), seorang siswa pendiam, penyuka sastra, dan lebih suka menyendiri.
Awalnya, Cinta merasa kesal dan penasaran dengan Rangga yang misterius. Kepribadian mereka yang bertolak belakang, satu periang dan terbuka, satu lagi sunyi dan reflektif, justru menjadi magnet. Perlahan, Cinta mulai tertarik pada dunia Rangga yang berbeda. Dari sinilah benih-benih cinta tumbuh, namun seiring waktu, perasaan ini dihadapkan pada benturan nilai dan pilihan, terutama ketika Cinta harus menentukan kesetiaan pada sahabatnya atau pada Rangga. Nuansa musikal menjadi medium utama narasi, di mana penggalan puisi dan lagu-lagu memperkuat emosi dan membangkitkan nostalgia bagi penggemar AADC.
Wajah Baru, Semangat Lama: Para Pemeran dan Tim Produksi

Film ini dengan berani mengusung wajah-wajah baru, hasil audisi panjang, untuk menghidupkan kembali semesta AADC. El Putra Sarira sebagai Rangga dan Leya Princy sebagai Cinta memimpin jajaran pemeran muda berbakat. Mereka didukung oleh Jasmine Nadya (Alya), Daniella Tumiwa (Karmen), Kyandra Sembel (Maura), Katyana Mawira (Milly), Rafly Altama (Mamet), dan Rafi Sudirman (Borne). Kehadiran aktor senior seperti Irgi Fahrezi (ayah Cinta), Anita Rahayu (ibu Cinta), Boris Bokir (Limbong), dan Joseph Kara (Yusrizal) semakin melengkapi kualitas akting dalam film.
Di balik layar, tim produksi mempertahankan sebagian “nyawa” AADC yang legendaris. Mira Lesmana kembali duduk di kursi produser, ditemani Nicholas Saputra dan Toto Prasetyanto. Nicholas Saputra bahkan tak hanya berstatus produser, melainkan juga turut memberikan input selama proses syuting. Riri Riza, sutradara AADC 2, kembali mengambil kendali penyutradaraan. Duet legendaris Melly Goeslaw dan Anto Hoed tetap dipercaya sebagai penata musik, memastikan soundtrack film ini tetap ikonik.
Soundtrack yang Membangkitkan Kenangan

Musik adalah salah satu daya tarik utama film ini, sama seperti pendahulunya. Dari 12 lagu soundtrack, 9 adalah lagu lama yang telah melegenda, sementara 3 lagu baru diciptakan khusus. Tiga lagu original soundtrack baru tersebut adalah “Untuk Rangga”, “Di Mana Cinta”, dan “Rangga Cinta” yang dibawakan secara duet oleh Bilal Indrajaya dan Eva Celia. Lagu-lagu lama yang kembali menghiasi film ini meliputi “Ku Bahagia” (vocal ensemble), “Bimbang” (dinyanyikan Leya Princy), “Ingin Mencintai & Dicintai” (Leya Princy), “Suara Hati Seorang Kekasih” (Leya Princy & El Putra Sarira), dan “Tentang Seseorang” (El Putra Sarira & Leya Princy).
Ulasan dan Refleksi Latar Belakang Reformasi
“Rangga & Cinta” secara umum mendapat pujian karena berhasil menghidupkan kembali chemistry ikonik antara kedua tokoh utamanya, membungkus narasi sederhana dengan dialog intim dan sinematografi hangat. Namun, beberapa kritikus menyoroti ritme cerita yang terkadang lambat dan konflik yang terasa kurang menantang, mengurangi ketegangan dramatis. Perbandingan dengan AADC menunjukkan bahwa versi baru ini lebih menekankan kedewasaan karakter dan dinamika hubungan yang realistis, berbeda dengan AADC yang lebih bergejolak, simbolik, dan puitis.
Yang menarik, sutradara Riri Riza sengaja mempertahankan setting waktu pasca-reformasi 1998, sama seperti AADC. Masa ketika masih ada sisa-sisa ancaman, teror, dan ketegangan sosial-politik. Riri berharap film ini dapat berfungsi sebagai edukasi bagi para pemain muda dan penonton Gen Z tentang sejarah reformasi, termasuk peristiwa teror yang dialami Rangga dan ayahnya karena tesis kritis terhadap rezim Orde Baru. Bahkan narasi “komunis” turut dibawa dalam romansa remaja, ketika Borne meminta Cinta menjauhi Rangga karena tudingan terhadap ayahnya.
Bagi para pemain muda seperti Leya dan Rafly, mendalami karakter di masa sebelum mereka lahir menjadi tantangan. Mereka banyak berdiskusi dengan Riri dan Mira Lesmana, serta orang tua mereka, untuk membayangkan suasana dan kebudayaan saat itu. Mira Lesmana menegaskan bahwa kisah cinta remaja itu bersifat timeless, melintasi generasi. Bahkan tanpa teknologi gawai yang canggih seperti sekarang, justru membuat adegan-adegan cerita, seperti pengejaran Cinta ke bandara, menjadi lebih menarik dan penuh drama. “Rangga & Cinta” menawarkan lebih dari sekadar romansa; ia adalah sebuah pelajaran sejarah yang dibalut keindahan musikal.
Jadwal Tayang di Kalimantan
Bagi masyarakat Kalimantan, film “Rangga & Cinta” sudah bisa disaksikan di berbagai bioskop XXI dan CGV. Jadwal tayang yang beragam di Balikpapan, Samarinda, Bontang, Banjarmasin, Pontianak, Singkawang, Palangka Raya, Kuala Kapuas, hingga Tarakan, memastikan para penggemar dapat menikmati kisah ini.