
Port Dickson, Malaysia – Sebuah insiden memilukan terjadi di Sungai Linggi, Port Dickson, Negeri Sembilan, pada Kamis (4/9/2025). Dua anak berusia delapan dan enam tahun meninggal dunia setelah mobil yang mereka tumpangi terperosok dan tenggelam ke dalam sungai. Peristiwa ini sontak menggemparkan masyarakat setempat karena menyisakan banyak pertanyaan mengenai kronologi dan motif di balik tragedi tersebut.
Menurut keterangan Kepala Kepolisian Port Dickson, Maslan Udin, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 11.45 siang waktu setempat. Saat kejadian, mobil keluarga tersebut diparkir di tepi sungai. Di dalam mobil terdapat dua anak malang tersebut bersama seorang perempuan berusia 40-an, yang diketahui merupakan kekasih sang ayah.
Sang ayah, berusia 46 tahun, dilaporkan keluar dari mobil untuk merokok. Saat itu mesin mobil sudah dimatikan. Namun secara tiba-tiba, mobil yang diparkir di tepi sungai itu bergerak sendiri dan terguling ke arah perairan.
“Mobil itu, meskipun mesinnya dimatikan, tiba-tiba terguling ke sungai,” ujar Maslan.
Perempuan yang berada di dalam mobil berhasil keluar dan diselamatkan oleh warga sekitar. Sayangnya, kedua anak tidak sempat melarikan diri dan terjebak di dalam kabin yang tenggelam semakin dalam.
Tim gabungan yang terdiri dari Departemen Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Malaysia (JBPM), Badan Penegakan Maritim Malaysia (MMEA), serta Departemen Kelautan segera dikerahkan ke lokasi. Operasi penyelamatan berlangsung dramatis di tengah arus sungai yang cukup deras.
Menurut laporan Bernama, jasad anak perempuan ditemukan lebih dulu pada pukul 13.24 siang, disusul jasad adik laki-lakinya pada pukul 13.47. Keduanya dinyatakan meninggal dunia di lokasi oleh petugas medis.
Kasus ini tidak berhenti pada kecelakaan semata. Kepolisian Negeri Sembilan langsung membuka penyelidikan berdasarkan Pasal 302 KUHP Malaysia tentang pembunuhan.
Pada malam harinya, sekitar pukul 20.00, polisi menangkap sang ayah dan kekasihnya. Penangkapan dilakukan karena terdapat perbedaan dalam keterangan yang diberikan keduanya kepada penyidik.
Lebih mengejutkan, hasil investigasi menunjukkan bahwa sang ayah memiliki 16 catatan kriminal sebelumnya, termasuk empat kasus penipuan serta sejumlah perkara lain yang masih dalam proses. Sebaliknya, sang kekasih tidak memiliki rekam jejak kriminal.
Tes urine terhadap keduanya menunjukkan hasil negatif dari narkotika maupun alkohol. Namun polisi menemukan fakta baru bahwa mobil yang digunakan dalam tragedi ini sebelumnya pernah dilaporkan hilang. Hal ini menambah daftar kejanggalan yang membuat penyelidikan semakin kompleks.
“Kami belum bisa menentukan motif sebenarnya. Informasi yang kami peroleh sebagian besar berasal dari masyarakat, karena keduanya masih enggan bekerja sama secara penuh,” kata Alzafny Ahmad, Kepala Kepolisian Negeri Sembilan.
Proses Hukum Berlanjut
Pada Jumat (5/9/2025), pengadilan mengeluarkan perintah penahanan selama tujuh hari bagi sang ayah dan kekasihnya untuk memperdalam penyidikan. Hingga kini, keduanya masih berada dalam tahanan polisi sambil menunggu perkembangan lebih lanjut.
Autopsi terhadap kedua anak korban juga telah dilakukan di Rumah Sakit Port Dickson pada hari yang sama. Ironisnya, tidak ada satu pun anggota keluarga atau kerabat yang hadir mendampingi proses autopsi tersebut.
Tragedi ini semakin rumit karena menyangkut status agama kedua anak korban. Departemen Urusan Agama Islam Negeri Sembilan (JHEAINS) mendapat permintaan dari kepolisian untuk memverifikasi apakah kedua anak tersebut beragama Islam atau tidak sebelum pengurusan pemakaman dilakukan.
Direktur JHEAINS, Muhammad Asri Abdullah, mengungkapkan bahwa ayah korban mengklaim kedua anaknya sudah berpindah ke agama Islam saat berada di Kelantan. Namun setelah dilakukan penelusuran, tidak ditemukan catatan resmi baik di Kelantan maupun di Negeri Sembilan.
“Mereka perlu membuat laporan polisi terkait klaim perpindahan agama ini. Dokumen tersebut akan digunakan untuk mengesahkan proses pemakaman,” jelas Asri.
Masyarakat Malaysia, khususnya di Negeri Sembilan, diguncang oleh tragedi ini. Banyak yang menilai insiden tersebut bukan sekadar kecelakaan biasa. Catatan kriminal sang ayah, mobil yang dilaporkan hilang, serta sikap tidak kooperatif keduanya semakin menimbulkan spekulasi adanya unsur kesengajaan.
Di media sosial, warganet menuntut agar polisi mengusut tuntas kasus ini demi keadilan bagi kedua anak. Beberapa pihak juga menyuarakan keprihatinan terhadap lemahnya pengawasan keluarga yang akhirnya berujung pada tragedi memilukan.
Tragedi di Sungai Linggi bukan hanya peristiwa duka yang merenggut nyawa dua anak tak berdosa, melainkan juga membuka tabir rumit mengenai latar belakang keluarga mereka. Penyidikan yang masih berjalan diharapkan bisa menjawab misteri: apakah ini benar kecelakaan, atau ada motif tersembunyi di baliknya.