
Dalam dunia psikologi dan hubungan interpersonal, istilah “trauma bonding” semakin sering terdengar, terutama dalam konteks hubungan yang tidak sehat atau penuh konflik. Artikel ini akan menjelaskan secara lengkap arti dari “trauma bonding”, faktor penyebabnya, ciri-ciri, serta dampaknya terhadap individu.
Apa Itu Trauma Bonding?
“Trauma bonding” adalah sebuah istilah yang merujuk pada ikatan emosional yang kuat dan seringkali tidak sehat yang terbentuk antara dua orang, biasanya antara korban dan pelaku kekerasan atau perlakuan buruk. Istilah ini pertama kali digunakan dalam studi psikologi untuk menggambarkan hubungan yang terbentuk karena siklus kekerasan dan pengampunan yang berulang.
Secara sederhana, trauma bonding menggambarkan hubungan di mana korban merasa terikat secara emosional kepada pelaku meskipun mengalami kekerasan, manipulasi, atau perlakuan buruk. Hubungan ini dipertahankan karena adanya ketergantungan emosional yang kuat dan pola siklus kekerasan yang membuat korban merasa berharap dan menyalahkan diri sendiri.
Faktor Penyebab Trauma Bonding
- Siklus Kekerasan dan Pengampunan
Pelaku sering kali melakukan kekerasan atau perlakuan buruk, tetapi kemudian menunjukkan penyesalan, kasih sayang, atau perubahan sementara. Siklus ini menciptakan harapan palsu bagi korban bahwa keadaan akan membaik, sehingga mereka tetap bertahan. - Ketergantungan Emosional
Korban sering kali merasa bergantung secara emosional kepada pelaku, terutama jika ada aspek kasih sayang, perhatian, atau kebutuhan yang terpenuhi secara tidak sehat. - Ketakutan dan Ancaman
Pelaku mungkin menggunakan ancaman, intimidasi, atau kekerasan untuk mengendalikan korban. Hal ini menyebabkan korban merasa takut untuk meninggalkan hubungan. - Perlakuan Manipulatif
Pelaku sering kali membolak-balikkan situasi, menyalahkan korban, atau menyangkal perlakuan buruk yang dilakukan, sehingga korban bingung dan sulit untuk keluar dari hubungan tersebut.
Ciri-ciri Trauma Bonding
- Merasa terikat secara emosional meskipun mengalami kekerasan atau perlakuan buruk.
- Mengalami siklus kekerasan dan pemulihan yang berulang-ulang.
- Merasa bersalah atau bertanggung jawab atas perlakuan negatif yang diterima.
- Sulit meninggalkan hubungan karena adanya ketergantungan emosional.
- Mengabaikan atau merasionalisasi perlakuan buruk dari pasangan atau pelaku.
Dampak Trauma Bonding
Trauma bonding dapat berakibat serius terhadap kesehatan mental dan fisik korban, antara lain:
- Rasa takut, cemas, dan depresi.
- Rendahnya harga diri dan kepercayaan diri.
- Kesulitan membangun hubungan yang sehat di masa depan.
- Terus menerus memaafkan atau menoleransi perlakuan buruk.
- Potensi mengalami kekerasan berulang.
Mengatasi Trauma Bonding
Mengakhiri trauma bonding tidaklah mudah karena melibatkan proses emosional yang kompleks. Beberapa langkah yang dapat membantu adalah:
- Mencari dukungan dari keluarga, teman, atau profesional psikologi.
- Meningkatkan pemahaman tentang pola hubungan yang tidak sehat.
- Mengembangkan rasa percaya diri dan batasan pribadi.
- Melakukan terapi untuk menyembuhkan luka emosional.
- Membangun jaringan sosial yang sehat dan mendukung pemulihan.
Kesimpulan
“Trauma bonding” adalah ikatan emosional yang terbentuk karena siklus kekerasan dan manipulasi yang membuat korban merasa terikat secara emosional kepada pelaku, meskipun hubungan tersebut bersifat tidak sehat dan merugikan. Memahami arti dari trauma bonding penting agar kita bisa mengenali tanda-tanda hubungan yang berbahaya dan mengambil langkah untuk keluar dari pola tersebut demi kesehatan mental dan kesejahteraan pribadi.erat, penting untuk mencari bantuan profesional dari psikolog atau psikiater untuk penanganan yang tepat.
