
Kata “narsistik” berasal dari bahasa Inggris “narcissistic,” yang merujuk pada sifat atau perilaku yang menunjukkan kecenderungan berlebihan untuk memuja diri sendiri, merasa lebih penting dari orang lain, dan memiliki kebutuhan yang tinggi akan pengakuan serta kekaguman. Dalam bahasa Indonesia, “narsistik” digunakan untuk menggambarkan sifat atau perilaku tersebut.
Asal Usul Kata
Kata “narsistik” berasal dari tokoh mitologi Yunani, Narcissus, seorang pemuda yang sangat tampan dan memesona. Menurut legenda, Narcissus jatuh cinta pada bayangannya sendiri yang tercermin di permukaan air, sehingga ia terbuai dan tidak mau melepaskan diri dari bayangannya. Dari cerita ini, muncul istilah “narcissism” dalam psikologi, yang kemudian diadopsi ke dalam bahasa Indonesia menjadi “narsistik.”
Pengertian dalam Psikologi
Dalam dunia psikologi, “narsistik” biasanya merujuk pada sifat atau kepribadian yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Memiliki rasa bangga dan percaya diri yang berlebihan.
- Mempunyai kebutuhan besar akan kekaguman dan perhatian dari orang lain.
- Memandang diri sendiri sebagai individu yang istimewa dan layak mendapatkan perlakuan khusus.
- Kurang empati terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain.
- Sering merasa diri superior dibandingkan orang lain.
Sifat narsistik ini dapat muncul dalam berbagai tingkat, dari yang ringan (narsistik ringan) hingga yang lebih parah yang dikenal sebagai gangguan kepribadian narsistik (Narcissistic Personality Disorder).
Ciri-ciri Orang Narsistik
Orang yang bersifat narsistik biasanya menunjukkan ciri-ciri berikut:
- Kebutuhan akan perhatian dan pujian
Mereka sering mencari pengakuan dan kekaguman dari orang lain. - Memandang diri sendiri lebih penting
Mereka yakin bahwa diri mereka lebih unggul dari orang lain. - Kurang empati
Mereka sulit memahami atau peduli terhadap perasaan orang lain. - Sifat sombong dan angkuh
Mereka sering menunjukkan sikap sombong dan merasa paling benar. - Ekspektasi perlakuan istimewa
Mereka mengharapkan perlakuan khusus dan merasa berhak mendapatkan perlakuan tersebut.
Dampak dari Sifat Narsistik
Sifat narsistik yang berlebihan dapat menimbulkan berbagai masalah, baik dalam hubungan pribadi maupun profesional. Orang narsistik sering mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat karena kurangnya empati dan kebutuhan untuk selalu mendapatkan pengakuan. Dalam kasus yang lebih ekstrem, sifat ini dapat berkembang menjadi gangguan kepribadian yang memerlukan penanganan profesional.
Kesimpulan
Secara umum, “narsistik” merujuk pada sifat atau perilaku yang berorientasi pada pemujaan diri sendiri dan kebutuhan akan pengakuan dari orang lain. Walaupun memiliki rasa percaya diri yang sehat adalah hal yang positif, sifat narsistik yang berlebihan dapat mengganggu hubungan sosial dan kesejahteraan psikologis seseorang. Oleh karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan dalam menghargai diri sendiri dan memperhatikan orang lain.
