Juni 1, 2025

Di Indonesia, pelanggan listrik dibagi menjadi dua kategori utama: subsidi dan nonsubsidi. Keduanya bisa sama-sama menggunakan token listrik untuk meteran prabayar, tapi ada beberapa perbedaan penting yang sering tidak disadari. Berikut adalah lima perbedaan utama antara isi token listrik subsidi dan nonsubsidi.

1. Harga per kWh

Perbedaan paling mencolok ada di harga per kilowatt-hour (kWh).

  • Subsidi: Harga per kWh lebih murah karena pemerintah membantu menanggung sebagian biaya produksi listrik. Biasanya, kelompok pelanggan 450 VA atau 900 VA (tertentu) mendapat harga subsidi.
  • Nonsubsidi: Harga per kWh sesuai tarif dasar listrik PLN tanpa bantuan pemerintah. Pelanggan nonsubsidi, seperti daya 1300 VA, 2200 VA, atau lebih, membayar penuh sesuai tarif yang berlaku.

2. Jumlah kWh yang Didapat

Karena harga per kWh-nya beda, jumlah kWh yang didapat dari nominal token yang sama juga berbeda.

  • Subsidi: Dengan nominal pembelian Rp20.000, pelanggan subsidi bisa dapat lebih banyak kWh.
  • Nonsubsidi: Dengan nominal yang sama, pelanggan nonsubsidi dapat kWh lebih sedikit karena harga per kWh lebih mahal.

Misalnya, Rp20.000 token listrik bisa memberi sekitar 30–40 kWh untuk subsidi, tapi hanya sekitar 20–25 kWh untuk nonsubsidi.

3. Golongan Pelanggan

Pelanggan subsidi dan nonsubsidi dibedakan berdasarkan golongan daya.

  • Subsidi: Biasanya untuk rumah tangga berdaya 450 VA atau 900 VA yang terdaftar sebagai keluarga tidak mampu (terdaftar di DTKS atau Data Terpadu Kesejahteraan Sosial).
  • Nonsubsidi: Untuk rumah tangga berdaya 1300 VA ke atas, termasuk sektor bisnis, industri, kantor, dan lainnya.

4. Penanda pada Struk atau Token

Kalau diperhatikan, struk pembelian token subsidi biasanya mencantumkan kode golongan yang menunjukkan pelanggan subsidi, seperti R1 (450 VA) atau R1M (900 VA subsidi).
Pada nonsubsidi, kode golongan yang muncul adalah R1T (900 VA nonsubsidi), R2 (1300 VA), R3 (2200 VA), dan seterusnya.

Jadi, isi tokennya secara teknis sama (berupa angka/kode), tapi pengaruhnya pada meteran akan berbeda sesuai kelas pelanggan.

5. Dampak Pemakaian terhadap Meteran

Pada meteran subsidi, biasanya sudah diprogram khusus agar hanya bisa menerima token subsidi.
Jika pelanggan yang awalnya subsidi diubah menjadi nonsubsidi, meterannya juga akan diperbarui agar cocok dengan tarif baru. Sebaliknya, pelanggan nonsubsidi tidak bisa “membeli token subsidi” karena sistem PLN sudah membedakan berdasarkan ID pelanggan.

Kesimpulan

Meskipun bentuk fisik token listrik (20 digit angka) terlihat sama, ada perbedaan besar dalam harga, jumlah kWh, golongan pelanggan, tanda pada struk, dan pengaruhnya pada meteran antara listrik subsidi dan nonsubsidi. Pemahaman ini penting agar kita tahu hak dan kewajiban sebagai pelanggan listrik, sekaligus lebih bijak dalam mengelola pemakaian energi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *